Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya mengungkapkan, periode Oktober 2022 tercatat inflasi sebesar 5,71 persen secara tahun ke tahun (year on year/yoy), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,75. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengungkapkan, data tersebut berdasarkan hasil pantauan di 90 kota. "Pada Oktober 2022 terjadi inflasi 5,71 persen. Kalau kita bandingkan dengan tahun lalu atau year on year ini terjadi kenaikkan IHK di 106,66 pada Oktober 2021 menjadi 112,75 pada Oktober 2022," ucap Setianto dalam konferensi pers BPS, Selasa (1/11/2022).
Ia mengungkapkan, penyumbang utama inflasi Oktober 2022 berasal dari kenaikan harga bensin, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, juga termasuk tarif angkutan antar kota, serta tarif kendaraan online. Jika ditilik berdasarkan pulau, inflasi tertinggi di Pulau Sumatera terjadi di kota Padang dengan inflasi 7,92 persen. Kemudian di Pulau Jawa tertinggi di Serang yaitu 7,54 persen, wilayah Bali Nusa Tenggara tertinggi terjadi di kota Kupang sebesar 8,06 persen.
Selanjutnya, untuk wilayah Kalimantan terjadi inflasi tertinggi di tanjung selor 9,11 persen, di Sulawesi tertinggi di Parepare sebesar 7,66 persen, dan terakhir Maluku Papua tertinggi di Kota Jayapura sebesar 7,43 persen. Realisasi inflasi Oktober 2022 tidak jauh berbeda dengan prediksi Bank Indonesia. Bank Sentral memprediksi inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Oktober 2022 berada di angka 5,8 persen secara tahun ke tahun (year on year/yoy).
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, prediksi tersebut berdasarkan survei yang dilakukan Bank Sentral di sepanjang bulan ini. "Data inflasi kita pada bulan lalu mendekati 6 persen, yakni 5,9 persen. Survei kami yang terakhir menunjukkan bulan Oktober inflasi kita sedikit turun 5,8 persen," ucap Dody dalam acara GNPIP Sulawesi Tengah, dikutip Selasa (1/11/2022). Dirinya mengungkapkan, risiko inflasi tinggi tidak hanya mengancam Indonesia. Namun juga seluruh negara negara di dunia.
Penyebab melonjaknya IHK yakni adanya gangguan rantai pasok global, baik itu sektor pangan maupun energi. Dody memastikan, BI akan terus melakukan berbagai upaya bersama stakeholder terkait untuk menjinakkan inflasi tinggi di Tanah Air. "Risiko harga komoditas masih akan tinggi ke depannya. Oleh karena itu, tag nya adalah dunia sedang tidak baik baik saja," ucap Dody.
"Kita bukan menakutkan, tapi bagaimana kita memitigasi. Karena semua negara sedang berperang dengan ancaman yang sama yaitu menaikkan suku bunga, apapun risikonya yang dihadapi," pungkasnya.